JAKARTA – Meski saat Indonesia merupakan salah satu negara pembajak terbesar di dunia, tapi hal itu tidak membuat Donny Aamsyah Sheyoputra, pimpinan Business Software Allliance (BSA), gentar sebagai salah satu pelaku garda depan gerakan antipembajakan, terutama di bidang software komputer.Sudah banyak pengalaman yang dikecap oleh Donny sebelum ia menduduki jabatan sebagai pimpinan BSA Indonesia. Sebelum di BSA Donny bekerja sebagai pengacara dan konsultan hukum di Suryomurcito & Co. Law Firm, salah satu firma Hak Kekayaan Intelektual (HKI), selama enam tahun.”Saya bekerja sebagai advokat spesialisasi HKI selama kurun waktu 2001 sampai 2007, dan bergabung dengan BSA sejak tanggal 1 Januari 2009,” Jelas Donny kepada okezone.Sebelum menjabat di BSA tentunya sudah banyak pengalaman tindakan antipembajakan dan antipemalsuan di Indonesia. Perannya saat menjabat sebagai advokat saat itu meliputi pengumpulan bukti, penyediaan nasihat hukum dan penyiapan strategi untuk melakukan razia, pengisian laporan di kantor polisi, koordinasi pelaksanaan razia, tuntutan tindak kriminal dan lain-lain.Setelah menjabat msebagai pimpinan BSA Indonesia, salah tugas yang dilakukan oleh Donny adalah melatih para penyidik untuk memecahkan kasus-kasus pembajakan software di Indonesia.Dijelaskan oleh Donny bahwa BSA sudah ada di Indonesia di Indonesia sejak tahun 2004/2005, dan mulai buka kantor pada tahun 2006.BSA sendiri merupakan grup/kelompok perdagangan yang mewakili 80 perusahaan pembuat software terbesar di dunia. Di Indonesia saat ini BSA sudah memiliki 7 anggota perusahaan software lokal.”Indonesia saat ini merupakan pembajak software terbesar dunia di urutan ke-11. Kerugian yang ditimbulkan akibat pembajakan software mencapai angka 87 persen dengan nilai sebesar USD1,3 miliar,” papar Donny.Dikatakan pula oleh Donny, meski masih besar jumlah pembajakan software di Indonesia, namun BSA tetap optimis bahwa angka tersebut akan berangsur menurun. “Karena secara kuantitas telah menurun, berdasarkan laporan kasus pembajakan software oleh corporate end-user,” ujarnya.Dijelaskan oleh pria kelahiran Makassar tahun 1977 tersebut bahwa laporan kasus pembajakan software di Indonesia telah menurun pada bulan Juni 2011 hingga hanya 60 kasus. “Sebelumnya pada periode tahun 2007-2008 laporan yang masuk ke kami bisa mencapai 80-100 kasus,” jelas Donny.”Yang harus dilakukan terlebih dahulu untuk mencegah pembajakan sedari awal adalah perbaikan pola pikir dan sikap mental pengguna, imbuh Donny, seraya menambahkan bahwa BSA sudah melakukan berbagai upaya untuk mensosialisasi kampanye penggunaan software asli ke sekolah-sekolah, pondok pesantren dan kampus.Donny juga menjelaskan bahwa BSA terus memajukan langkah-langkah yang diterapkan. “Kalau dulu dikatakan bahwa BSA banyak berkutat pada sosialisasi hukum, maka saat ini kami lebih banyak bermain di langkah penegakan hukum,” ungkapnya.”Mudah-mudahan langkah-langkah yang kami ambil tersebut bisa memberikan manfaat kepada masyarakat, tentang kesadaran HKI,” pungkasnya.
(ATA)